Thursday, November 16, 2023

Budaya Ketoprak, Cinta dan Dakwah dalam Novel Nun oleh Afifah Afrah

Membaca adalah jendela dunia. Buku diumpamakan sebuah jendela yang akan mengantar kita pada pemandangan menakjubkan tentang banyak hal. Dalam novel karya Afifah Afrah ini kita bisa menemukan kisah cinta, perjuangan hidup, pengetahuan tentang budaya Indonesia dan dakwah. Budaya ketoprak asal Surakarta yang dimunculkan dalam novel ini bukan hanya sebagai penghias atau pemanis. Bagi mereka yang suka menulis, membaca novel ini bisa memberi inspirasi tentang bagaimana memadukan suatu pengetahuan budaya dalam karya fiksi. Hal ini menyadarkan bahwa sebagai warga Indonesia sudah sewajarnya kita menampilkan dan memperkenalkan budaya sendiri lewat karya, dan Afifah Afra melakukannya dengan baik. Ia menyisipkan 11 macapat yang merupakan urutan kehidupan sebagai alur setiap bab novel ini. 

Sedikit membahas tentang budaya ketoprak yang digambarkan dalam novel. Ketoprak merupakan suatu seni pertunjukan tradisional yang dulu dipentaskan sebagai hiburan bagi rakyat setelah seharian bekerja. Selain sebagai hiburan, tujuan lain ketoprak adalah menanamkan nilai-nilai moral untuk menumbuhkan jiwa kejujuran atau kepahlawanan. Nampak bukan? Bahwa leluhur kita telah mengenal drama musical sejak lama. 

Tokoh novel ini adalah seorang gadis manis bernama Nun. Mengingat Afifah Afra adalah seorang penulis cerita islami, nama Nun rupanya terinspirasi dari ayat Al-Quran surah Al-Qolam. Nama yang unik dan berbeda dari tokoh novel lain. Nun Walqolami. 

Nun tinggal di tepi kali Anyar bersama keluarganya. Ia digambarkan sebagai gadis cerdas dari keluarga pemulung, yang harus menyimpan mimpinya untuk menjadi guru karena tak mampu melanjutkan sekolah. Penyebabnya tak lain sulitnya keadaan eonomi keluarga. Hidup membawanya menjadi pemain ketoprak bersama tetangga karismatik yang menjadi cinta monyetnya, Mas Wir. 

Pangeran lain dalam kehidupan Nun datang melalui sosok Naya. Seorang pemuda cerdas yang tertarik meliput pertunjukan grup ketoprak yang dimainkan kelompok Nun. Sejak liputan itu bukan hanya pertunjukan ketoprak yang mulai ramai pengunjung, namun perasaan Nun dan Naya juga turut ramai oleh debar rasa. Tidak semulus kisah para putri, cinta Nun dan Naya mengalami pasang surut. Kehidupan menuntun Nun melalui banyak hal, kebahagian, kekecewaan dan yang terparah adalah ia kehilangan anggota keluarga dengan cara menyakitkan. masalah-masalah dalam hidup menjadikan Nun menderita gejala depresi. Masalah psikologis juga menjadi warna lain dalam cerita ini. Fenomena mistis yang diceritakan di awal novel nampaknya merupakan suatu kondisi psikologis yang berkembang menjadi rumor dikalangan masyarakat. Lewat Nun, rumor tersebut nampaknya ingin dijadikan sebagai pembelajaran tentang mental health oleh Mba Afifah agar kita tak melulu membawa mistis terhadap fenomena yang dianggap aneh atau janggal.

Pada akhirnya di ujung kisah, Nun juga menjadi sebuah nasihat bagi para pencari jodoh. Bagaimana perjuangan meyakinkan orang tua akan pilihan hati, pilihan yang akhirnya diambil dengan risiko harus mengorbankan pilihan lainnya. Tokoh-tokoh dalam cerita ini seakan memberi pesan bahwa memilih belahan jiwa bukan hanya mengenai rasa namun kita perlu mempertimbangkan kekufuan dan adanya restu. 

Tentang Buku 

Judul           : Nun Pada sebuah Cermin (Fiksi) 
Penulis        : Afifah Afra
Penerbit      : Republika/2015 
Tebal           : 370 halaman

No comments:

Post a Comment