Wednesday, December 28, 2011

Sepasang Mata untuk Cemburu


Cemburu… 
Membicarakan sebuah rasa  yang bisa membuat lupa, Meletup, memanas  dan bisa berujung amarah tanpa mata. Ia bisa hadir sebagai sebuah tanda kecintaan, namun tak jarang muncul juga sebagai cicilan untuk menimbun rasa iri. Jenisnya beragam, alasan lahirnya juga bisa berbeda, begitupun cara menyikapinya  pada masing-masing hati  yang  ia kunjungi. 
Namun saya rasa.. cinta, entah itu yang kanak-kanak atau dewasa akan belajar membijakkan cemburu pada tiap waktu yang beranjak.. agar ia tetap manis dan tetap bermata…  karena ia bisa jadi membuat sadar…
bahwa cinta tak pernah pergi dari hatimu…

Black Room,  di penghujung Desember 2011
Sekedar melemaskan jemari, membenahi hati dan seperti biasa…
meminta kata menerjemahkan beberapa rasa…

Dedicated : mereka yang merasai letup-letup cemburu.

Friday, December 2, 2011

Bertemu Helvy Tiana Rosa

Cerpen "Darah Hitam' dalam buku Bukavu memikat saya... ini bukan pertama kalinya tulisan-tulisan Helvy Tiana Rosa membuat saya "jatuh" dan terpikat..
akhirnya bisa juga bertemu dengannya, hohohoho.... seperti biasa, selain memerangkap kata pada kesempatan ini saya pun memerangkap waktu.. meminjam kilatan cahaya dari sebuah kamera HP butut yang menemani saya bertahun-tahun...



berikut petikan cerpen "Darah Hitam" HTR...
"Ia akan pergi ke sebuah jalan baru. Jalan yang pernah dibentangkan lelaki itu dalam ketakpeduliannya...Jalan paling cinta, yang tak pernah membedakan bau darah seseorang.... "

Mataram, 16 November 2011

Wednesday, November 2, 2011

Ending???

Bagaimana jika tidak ada cara terbaik untuk mengakhiri sebuah cerita kecuali dengan kematian?
Ada begitu banyak film, dan cerpen yang menutup kisah dengan matinya tokoh. Namun  entah mengapa kematian terkadang justru semakin mengindahkan akhirnya. Apakah karena banyak orang berpikir tentang surga? Atau apakah justru cara paling pas mengakhiri cerita adalah dengan melenyapkan pelakunya. Mengirimnya ke dunia yang tak seorang hidup pun tahu gambarannya.

Pengarang memang sering mengambil peran pembunuh. Bahkan untuk karakter yang paling dicintainya. Adakah pilihan itu diambil karena munculnya kekhawatiran dalam diri pengarang? Takut tokohnya bertemu dengan suatu masalah berat dan akhirnya bunuh diri tanpa sepengetahuan pengarang? Akhirnya dalam kekhawatirannya si pengarang membunuh tokohnya. Bisa jadi itu bentuk kekhawatiran atau hanya masalah ketidakpercayaan akan kekuatan sang tokoh yang pengarang ciptakan sendiri.

Lalu bagaimana dengan ending cerita yang menggantung?
Ah.. ini cerita tentang pengarang lain.. yang mungkin memang mempercayakan pilihan  hidup pada sang tokoh… gantung gak gantung yang jeals cerita gue “end’ katanya…
Sekali lagi… ini hanya MUNGKIN…

Saat pusing mikirin ending cerpen, oct 2011

Monday, October 31, 2011

Dee

Aku ingin cerewet hari ini... ingin juga melemaskan jari. Jadilah tulisan ini.
Dee, penulis yang aku  suka... cerita pendeknya pada buku rectoverso menawanku begitu dalam. ku akui, bahwa buku Rectoverso mempesonakanku dari banyak segi, baik dari tampilan buku maupun beberapa photo yang apik disisipkan diantara cerita. photografi  dan cerpen pada dasarnya adalah dua hal yang selalu menarik perhatianku... dan rectoverso memiliki keduanya...
"hanya isyarat' memerangkap hatiku dengan sangat cepat... teori Dee tentang punggung ayam dan cinta memancing untuk berpikir lama... dan ending selalu menjadi bagian menarik untuk masuk kedalam perenungan..
untuk kali kedua akhirnya bertemu filosofi kopi,



teori spasinya membuatku kembali jatuh pada tulisan Dee... betapa jarak memang mengajarkan kita untuk mendekat... kira-kira itulah yang  tertangkap dari pesan Dee...
selanjutnya  adalah "madre". Penasaran... itu hal pertama yang  terasa ketika melihat "madre" terpajang manis di sebuah toko Buku di mataram. dan baru-baru ini akhirnya ia ada dalam genggaman. Aku kembali terpikat dengan Dee. Caranya bertutur dalam cerita yang temanya unik dan "beda'.
Betapa banyak cerita di dunia ini yang bisa dijadikan sarana untuk menyampaikan mimpi dan prinsip... punggung ayam, kopi, dan roti....

Aku belajar banyak dari tulisan-tulisan Dee... akhirnya kudapati diriku memang benar-benar terpengaruh dan jatuh kembali pada cinta, pada kata...


Tuesday, September 27, 2011

Memerangkap Waktu

Adakalanya kita tiba-tiba merindukan masa kecil. Beberapa orang yang “rajin” memotret atau dipotret dapat melihat beberapa jejak yang  telah  ia buat dalam jajaran gambar di album photo mereka. Tapi bagi yang senasib dengan saya, mungkin hanya kan menemukan kurang dari beberapa gambar saja. Apesnya lagi tidak ada sama sekali.
Saya jadi mengerti kenapa dulu ibu saya begitu cerewet meminta saya untuk sekedar bergaya di depan kamera untuk moment-moment tertentu. Tapi saya lebih banyak menghilang ketika ajang jepret-jepret itu tiba.
Where am I?
Akhirnya, saya  mendapatkan gambar masa kecil saya di photo 3x4 ijazah TK. Nasib….

Waktu TK
Mungkin rasa miris inilah yang menyebabkan saya mulai menyukai fotografi, sekaligus mulai senang di potret, eksis sel-ca pula, saya tidak mau ketika tua nanti harus menemukan satu-satunya photo masa muda saya adalah di Ijazah pendidikan terakhir…
Walaupun hanya dengan berbekal kamera ponsel, saya akhirnya membuat perangkap untuk moment yang ingin saya simpan…
Ya.. memerangkap waktu, memerangkap kemudaan.. (^.^)

My Room, 27 September 2011

Thursday, September 8, 2011

Sekilas tentang Artis Korea Yang Bunuh Diri

Awalnya saya tidak terlalu menaruh perhatian terhadap fenomena Korean Wave (Hallyu) yang terjadi di Indonesia. tapi karena disuguhi aneka drama dan lagu oleh teman akhirnya saya mulai tertarik. Saya jadi ingat sebuah drama keluarga yang pernah saya tonton. cerita emak-emak kata teman sy sewaktu dengan berbinar-binar sy ceritakan tentang drama ini. Saya begitu menyukai drama korea Rossy Life...

Rossy Life bercerita tentang kehidupan seorang ibu rumah tangga yang diperankan Choi Jin Sil. Memang pemerannya sudah tua-tua, tapi jalan ceritanya fokus dan menyiratkan banyak pesan. Sampai-sampai saya menangis bombay di ending cerita. Kemudian baru-baru ini sy kembali menonton drama dengan pemeran yang juga sudah tua-tua. Saya temukan kembali wajah Choi.





Judulnya The Last Scandal. Usut-usut ternyata ketika nanya mbah Google, Choi Jin Sil sudah meninggal bunuh diri. Walah! Bukan hanya Choi artis yang bunuh diri di korea. Banyak pendahulu bahkan pengikutnya yang juga memilih jalan serupa. Seperti Park Yong Ha... yang saya puji-puji aktingnya di sebuah film, ternyata sehari setelah menonton filmnya baru saya tahu dia sudah bunuh diri. selain itu ada drama Poenix, yang ternyata artisnya juga bunuh diri. Rata-rata penyebabnya karena depresi. Choi sendiri diberitakan mengalami tekanan dan depresi oleh pemberitaan media, belum lagi masalah perceraiannya. Padahal aktingnya bagus. Namun sekarang potensi itu sudah terkubur dan kehidupan Choi akhirnya hanya terangkum dalam batu semen yang dingin dan kaku. Lahir tangga sekian, wafat tanggal sekian. End.... 

Ini foto Choi Jin Sil dan Park Yong Ha.  Mhm...walaupun sudah terlambat saya ingin mengatakan bahwa mereka memiliki kualitas akting yang baik.

Saturday, July 23, 2011

Level


Jika anda pernah menonton NARUTO maka anda akan tahu bahwa Naruto bertambah kuat setiap ia selesai melakukan sebuah pertempuran. Ya... "bertemu" dengan kesulitan dan musuh-musuh kuat justru semakin meningkatkan kemampuannya..

Begitupun saya rasa dalam hidup. Kesulitan-kesulitan yang kita hadapi akan menentukan level kita. Jika berhasil menghadapinya maka kemampuan kita baik dari segi ilmu dan mungkin juga kedewasaan akan semakin meningkat...
Saya harap beberapa kesulitan yang saya hadapi akan meningkatkan pemahaman saya... saya bukan hanya ingin melaluinya, tapi juga mengerti, menguasai dan memahaminya jauh dibanding orang-orang yang lebih dulu dibanding saya... saya ingin paham... saya ingin ilmu ini...

Saya yakin Allah memberikan masalah pada setiap makhluknya agar mereka belajar... dan akhirnya mengerti... Amin...