Friday, November 22, 2013

Gimana Mau Nulis? I am Totally Blocked!

Sharing hasil baca buku Roy Peter Clark Help For Writers!

Writer’s Block, kalian kenal kan?
Ayo bunuh dia! X(

Para penulis, terutama kita yang pemula sudah tentu sangat mengenal the famous problem yang satu ini. Yea, kalian pernah kan mengalami ini : sudah duduk manis di depan laptop dan siap menulis namun tiba-tiba mandek. Membeku.  Satu menit, dua menit, satu jam, dan akhirnya berjam-jam hanya menatap layar dengan tatapan pasrah. What is the prob?

Ide? Banyak!

Alur cerita? Uda mantap di kepala.

Bahkan kalimat-kalimat dan dialog-dialog mantap sudah membayang.

Tapi…

Apa kata pertama untuk memulai? Apa kalimat awal yang pas?

Mandek! Sudah menulis kalimat awal, hapus! Kurang pas, kurang mantap, kurang memuaskan! Klise ah…! Nggak keren! Ngak bagus, apus! Apus! Akhirnya? Nggak nulis sama sekali. Deadline lomba? Berlalu begitu saja, dan ya.. satu kesempatan say good bye.

Kita sering menyebut itu sebagai Writer’s Block. Dan ya.. kemungkinannya ini memang writer’s block. Ciri paling kuat adalah You May Sit Frozen at The Keyboard.

Apa penyebab Writer's Block?


Roy Peter Clark dalam bukunya Help For Writers mengatakan bahwa salah satu penyebabnya adalah karena penulis memiliki standar tinggi (cenderung perfeksionis). Ya, bisa jadi karena penulis punya standar kelewat tinggi jadi kata atau kalimat pembuka yang sudah ditulis akan terasa selalu kurang pas. Selalu kurang bagus. See? standar ini malah jadi penghambat!


So What Should We Do When We Are Totally Blocked?
Ini saya kutip beberapa cara yang ditulis papa Roy dalam bukunya.

Pertama: Lower your standar at the beginning of the process. Raise them later!

Yup, seperti yang saya tulis di atas bahwa standar yang kelewat tinggi malah bisa berubah jadi penghambat. Kata William Stafford, writing block terjadi karena adanya ketidak seimbangan antara standar penulis dan hasil tulisannya. Jadi solusinya turunkan standar atau hilangkan untuk sementara, menulislah dengan merasa bebas. 

Bukankah nanti ada masa pengendapan dimana kita bisa melakukan proses editing. Mengganti kata yang kurang sesuai, atau menghapus bagian yang dianggap bertele-tele.

Kedua: Write as fast as you can for 10 minutes—without stopping!

Terdengar memaksa, tapi sumpah! Saya praktikkan. Kalian tahu, saya menulis di atas kertas tanpa berhenti dan tanpa menghapus kata apapun sebelum saya menulis postingan ini. Tanpa ada standar tertentu, hanya menulis. Begitu saya merasa semuanya uda ngalir. Saya langsung mencari bahan tulisan untuk postingan ini. Yea, artikel ini emang bukan yang terbaik but see? Aku menulis. Dan jadi! You can try it! It is fun. (abis ini saya mau nulis cerpen, hehe)
Tulisan saya kalo lg 'puyeng' mirip tulisan dokter :p
Ketiga: Tell the critical voice in your head to ‘shut up!’

Kata Roy Peter Clark “you can call that critical voice on stage during revision, but for now, instruct it to return to the green room’

Kalau kita tetap membiarkan critical voice unjuk gigi di tahap awal tulisan, bisa jadi itu malah menghambat kita dalam menyelesaikan tulisan. Seperti ilustrasi dialog yang ditulis dalam buku ini.

You
 Hmm.. that’s not a very good first sentence. If all my sentences are like that one, this will be a terrible story and people will not think well of me” (ya, gue sering mikir gini)

Your Internal Critic Voice
Yes! Big-Shot Writer. That sentence sucks. Bad writers write bad sentence so you must suck too.

You
Oh my god, if anyone sees this, I’ll be exposed as a fraud. I better stop writing!

Lihat kan, suara-suara kritik dalam diri kita. Bisa jadi malah membuat kita tidak menyelesaikan tulisan. Mau deadline lomba lagi-lagi berlalu begitu saja?

Keempat: Forget the beginning for now, Write the ending first.

Dalam buku ini ada pengalaman dari novelis terkenal Katherine Anne Porter. Ia mengatakan:  

“If  I didn’t know the ending of a story, I would not begin. I always write my last lines, my last paragraph, my last page first and then go back and work towards it. I know where I am going, I know what my goal is. And how I get there is God’s grace.

Dan ya, walaupun saya belum terkenal saya ingin bilang. Bahwa saya pernah pake cara ini. Saya menulis ending cerpen saya yang berjudul Keluh sebuah Bayang lebih dulu dibanding awalnya. Saya menulis 2 paragraf terakhirnya lebih dulu, jauh sebelum saya akhirnya memutuskan untuk memberi judul apa, dan bahkan menulis cerita tentang apa. Hasilnya? Alhamdulillah dimuat di Annida Online. Kalau mau baca silahkan klik di sini.

Oke.. itu ulasan tentang Writer’s block. Sebenarnya buku Help For Writers ini adalah hadiah dari mini quiz di twitter mba Ollie. Ada beberapa temen di twitter yang juga ikut. Saya memutuskan untuk share beberapa materi dalam buku ini. 

Buat temen-temen yang pernah ikut quiz #OllieBooks salam kenal. :D
Buku ini sebenarnya berisi 210 solusi untuk masalah-masalah yang sering dihadapi penulis. Namun saya merasa writer’s block adalah masalah yang paling sering muncul, so itulah yang saya pilih untuk di bahas dalam postingan ini. 

Saya harap dengan ini --walaupun hadiah buku akhirnya ‘jatuh’ ke saya-- sedikit tidak temen-temen bisa ‘mencicipi’ materi yang ada dalam buku ini. :D

7 comments:

  1. semangat menulis yah selagi punya inspirasi :))

    ReplyDelete
  2. Writer's Block itu.... ketika pengen posting di blog, tapi malah buka si 140 karakter dan bermain-main di sana. :))

    Terima kasih atas share-nya. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah ini juga ada dalam bahasan Roy Peter Clark. Kalo yang mas Alif sebut ini nggak masuk kategori writer's block. Roy memasukkannya dalam kategori 'Penundaan' dan itu gak sama dengan writer's block katanya. ini saya kutip penjelasan dalam buku biar lebih jelas.

      Procrastination alias penundaan is not the same as writer's block. the procrastinator is easily seduced by all things near at hand that feel more pressing or convenient or pleasurable than building a draft. Things like lunch, television, shopping, checking your e-mail, or updateing your social-network status for the third time today. Maybe you announce on twitter "Story due this week, but I can't get started. I keep putting it off waiting for adrenaline to kick in"
      :) :) :)

      Delete
  3. saya sangat suka menulis,,, menururt saya sih, yang penting nulis aja dulu, maslah bagus atau enggaknya itu urusan nanti,, dan seperti yang diungkapkan diatas, kalau emang tulisan kita kurang perffect atau banyak kata - kata yang bertele - tele yah tinggal kita edit aja..., heheh saya setuju banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya, saya juga belajar banyak dari buku ini dan dari temen-temen yang uda banyak punya karya, bahkan ada quote yang nendang dari Reid Hoffman Co- founder Linkedin,

      If you are not embarassed by the first version of your product, you've launched too late.

      Thanks uda mampir Mad :) :) :)

      Delete